loder

Indonesia Digital Outlook & Pentingnya Adopsi AI 2023

Peluang besar ekonomi digital Indonesia didukung oleh sejumlah faktor. Indonesia merupakan negara yang memiliki total penduduk terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk usia produktif mencapai lebih dari 191 juta atau 70,7% di mana sebagian besarnya merupakan generasi digital savvy (Generasi Z dan Generasi Milenial). Dari sisi digital user, jumlah pengguna ponsel Indonesia saat ini mencapai 370 juta dengan penetrasi internet sebesar 73,7% dan traffic internet yang mengalami peningkatan 2% di sepanjang tahun 2022.

Peluang ekonomi digital Indonesia masih terbuka lebar. Penggunaan AI di Asia Tenggara terutama untuk pemasaran, penjualan dan pelayanan pelanggan, diikuti oleh rantai pasokan dan manufaktur. Namun, industri keuangan juga telah menggunakan AI untuk mengurangi transaksi penipuan (fraud) sementara sumber daya manusia memanfaatkan AI untuk meningkatkan pencocokan kandidat.

Perusahaan manajemen teknologi informasi komunikasi (TIK) bagian dari Zoho Corporation, ManageEngine, mengumumkan hasil studi globalnya yang bertajuk "TIK di Tempat Kerja: 2022 dan Selanjutnya". Terungkap, menurut hasil studi tersebut, 57% IT decision makers menyebut bahwa organisasi mereka akan meningkatkan adopsi solusi-solusi berbasis artificial intelligence (AI), machine learning, big data, dan cloud.

Adopsi AI adalah Kunci Menuju Level Selanjutnya

Indonesia diproyeksikan akan menjadi pemimpin terdepan dalam adopsi Artificial Intelligence (AI) di ASEAN pada 2030 dan menjadi negara maju pada 2045. Pemerintah juga sudah menyiapkan roadmap untuk meningkatkan adopsi kecerdasan buatan.

“Siapa yang menguasai AI dia yang akan berpotensi menguasai dunia," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Rakernas Penguatan Ekosistem Inovasi Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tahun 2021 di Istana Negara, Jakarta, Senin (8/3/2021).

Menurut survei McKinsey Global Survey on AI “the State of AI in 2022”, adopsi AI meningkat lebih dari dua kali lipat antara 2017-2022. Pada 2017, 20% responden melaporkan mengadopsi AI di setidaknya satu area bisnis, sedangkan saat ini, angka tersebut mencapai 50%, meskipun tidak sebesar 58% pada 2019.

Sementara itu, rata-rata kemampuan AI yang digunakan organisasi, seperti natural-language generation dan computer vision, juga meningkat dua kali lipat, dari 1,9 pada 2018 menjadi 3,8 pada 2022. Kemampuan AI yang paling banyak digunakan antara lain proses otomatisasi robotik (39%), computer vision (34%), dan natural-language text understanding (33%).

Investasi juga meningkat seiring dengan meningkatnya adopsi AI. Misalnya lima tahun lalu, 40% responden di organisasi yang menggunakan AI melaporkan lebih dari 5% anggaran digital mereka dihabiskan untuk AI, sedangkan sekarang jumlahnya mencapai lebih dari 50% responden. Ke depannya, 63% responden mengatakan mereka berharap investasi AI dalam organisasi mereka akan meningkat selama tiga tahun ke depan.

Menurut laporan terbaru IDC Asia-Pacific (2022), industri yang paling agresif melakukan adopsi AI diantaranya adalah perbankan, pemerintah, manufaktur dan retail. Adapun untuk use-case terbanyak diantaranya adalah untuk analisis fraud, inovasi bisnis dan otomasi, rekomendasi produk, keamanan publik dan agen layanan pelanggan virtual (conversational AI).

Dengan tingkat adopsi AI yang tertinggi di kawasan, McKinsey menyebut Indonesia sebagai “kepulauan digital”. Indonesia menempati peringkat kelima dalam peringkat startup global dengan lebih dari 2.100 startup, tepat di belakang Amerika Serikat, India, Inggris dan Kanada. Hingga Juni 2021, ada 99 startup berfokus pada AI. Salah satunya adalah Prosa.ai, startup yang menyediakan solusi AI dengan spesialisasi Natural Language Processing (NLP) Bahasa Indonesia. Sejak didirikan pada 2018, Prosa.ai sudah digunakan oleh BUMN, swasta, hingga pemerintahan untuk optimasi operasional, analisis big data, sampai peningkatan pelayanan publik dan pelanggan.

AI use case 2022 - McKinsey.JPG

Stranas AI, Cetak Biru Indonesia Maju

Untuk mendukung adopsi AI harus dimulai dengan transformasi digital sebagai pilar penunjang. Pada Agustus 2020, Indonesia mengumumkan Strategi Nasional Artificial Intelligence (AI) 2020-2045, negara kedua di ASEAN setelah Singapura yang memiliki cetak biru pengembangan AI. Stranas ini menekankan pendidikan dan penelitian, pelayanan kesehatan, ketahanan pangan, mobilitas, dan kota pintar.

Pandemi Covid-19 telah mempercepat transformasi ekonomi digital RI. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, mengatakan nilai ekonomi digital di Indonesia diprediksi mencapai lebih dari US$330 miliar pada 2030. Saat ini ekonomi digital domestik bernilai lebih dari US$70 miliar, merupakan yang tertinggi di ASEAN.

Dalam sesi ketiga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali November 2022 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan ekonomi digital adalah kunci masa depan ekonomi dunia. Sebagai pilar ketahanan di masa pandemi ekonomi digital mampu menyumbang 15,5% PDB global, membuka peluang masyarakat kecil menjadi bagian dari rantai pasok global.

Transformasi digital adalah salah satu agenda mendesak G20, mengingat 2,9 miliar penduduk dunia belum terhubung ke internet. Presiden menyampaikan tiga hal yang harus menjadi fokus utama G20 dalam pengembangan transformasi digital global, yaitu kesetaraan akses digital, literasi digital, dan lingkungan digital yang aman.

AI Strategy - McKinsey 2022.JPG

Tantangan dan Solusi di 2023

Hambatan dalam meningkatkan adopsi AI bermacam-macam, mulai dari kekhawatiran atas penolakan dari karyawan yang takut pekerjaan mereka diambil alih kecerdasan buatan, kesulitan mencari talent, infrastruktur digital, hingga cybersecurity.

Dari sisi hambatan infrastruktur, struktur Indonesia sebagai negara kepulauan membuat membangun konektivitas digital menjadi tugas yang berat. Studi Network Readiness Index 2020 dari The Economist, yang mengukur ketersediaan, keterjangkauan, dan kegunaan internet, menempatkan Indonesia 57 dari 100 negara, di bawah Malaysia, Thailand, dan Vietnam.

Berkaitan dengan fasilitasi pengembangan ekosistem pendukung AI, termasuk riset dan inovasi, integrasi data serta infrastruktur pendukung, pemerintah melalui Kementerian Kominfo menyikapinya dengan memperluas akses internet dan membangun Pusat Data Nasional.

Dari sisi tantangan mencari talent, menurut hasil riset terbaru yang diterbitkan McKinsey, sebagian besar perusahaan kesulitan mencari talenta untuk Data Engineers, AI data scientist, AI product owner/manager sampai ahli bahasa. Tentunya hal ini dapat dipecahkan melalui kolaborasi dengan perusahaan yang memang ahli dan bergerak dalam solusi AI ketimbang membangun divisi AI in-house dalam perusahaan.

Terkait keamanan siber, baru-baru ini terjadi serangan siber terhadap instansi pemerintah dan swasta menimbulkan keraguan akan kemampuan pemerintah melindungi keamanan data pribadi. Untuk menjamin keamanan data, pemerintah telah mengeluarkan UU Perlindungan Data Pribadi. Prosa.ai juga telah mendapatkan sertifikat ISO 27001 untuk IT Security Management System pada Maret 2022.

Jadilah bagian dari AI-adopters seperti klien Prosa di BUMN, swasta hingga Pemerintah dalam rangka transformasi digital berkelanjutan di lembaga Anda. Info lengkap kunjungi website https://prosa.ai dan bicarakan kebutuhan anda dengan ahlinya.

Referensi :

https://www.mckinsey.com/capabilities/quantumblack/our-insights/the-state-of-ai-in-2022-and-a-half-decade-in-review

https://www.idc.com/getdoc.jsp?containerId=prAP49010122

None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None
None